When your 5 years old has a mind of her own and she wants you to know…

Ada sesuatu yang baru-baru ini saya sadari sepenuhnya tentang putri saya Reina. Umurnya baru 4 tahun 11 bulan, tapi dia sudah menunjukkan jati dirinya lewat semua perilakunya. Apa maksudnya?

Pertama, Reina menunjukkan kemandirian yang mungkin tipikal untuk banyak anak seumurnya, di mana mereka ada dalam fase ingin menunjukkan bahwa mereka bisa melakukan segala sesuatu sendiri. Yang menurut saya menjadi khas karakternya adalah betapa dia sangat persisten dan gigih dalam usahanya melakukan segala sesuatu sendiri. Tidak jarang dia protes kalau saya mencoba membantunya dan kadang dia marah karena putus asa saat usahanya tidak berhasil.

Kedua, dia menolak keras setiap diberi tahu atau dikoreksi dengan cara tidak hormat seperti banyak cara orang dewasa memberi tahu atau mengoreksi anak-anak. Contoh, kalau dia salah memasang sepatu kanan dan kiri dan saya berseru “Rei, itu salah. Kebalik!” atau saat dia misalnya memasukkan nasi ke dalam es teh dan saya kelepasan setengah berteriak dan melarangnya dia akan langsung marah. Dia hanya mau mendengarkan kalau saya memberitahunya dengan cara yang halus dan sopan. Bahkan akan lebih baik lagi kalau saya tidak langsung segera mengoreksinya dan membiarkannya salah lalu belajar dari kesalahannya sendiri. Contoh, ketika dia mencoba menulis dengan pulpen dan tintanya tidak keluar karena dia memegang pulpennya terlalu miring, dia lebih suka mencari tahu sendiri kenapa tintanya tidak keluar, walaupun awalnya dia akan marah dulu.πŸ˜‚

Ketiga, dia bergerak dan berfungsi seperti orang dewasa dalam tubuh kecilnya. Contohnya, saat pergi ke restoran dia akan langsung mencari wastafel dan mencuci tangannya sendiri TANPA bertanya atau bahkan melihat saya atau papanya dulu. Saat saya hendak memanggilnya untuk bertanya dia mau kemana suami saya segera menghentikan saya dan mengajak saya untuk mengamatinya saja dulu dari jauh. Saya jadi hanya terpesona melihatnya mencari wastafel dan mencuci tangan.

Observe, observe, observe. Hanya turun tangan saat dia meminta bantuan atau melakukan sesuatu yang berpotensi membahayakan diri, orang lain, dan lingkungan. Begitu para praktisi Montessori dan suami saya mengajarkan. Dan percaya atau tidak, itu juga yang Reina ajarkan kepada saya.

Yang saya tangkap dan interpretasikan dari semua perilakunya adalah bahwa dia ingin menunjukkan kepada saya bahwa dia adalah individu yang terpisah dari saya, bahwa dia memiliki caranya sendiri untuk melakukan segala sesuatu dan meminta kami menghormati caranya itu. Dia juga ingin menunjukkan bahwa dia punya cara berpikir, keinginan, kesukaan dan ketidaksukaannya sendiri. Dia juga tidak ragu mengatakan kepada saya apa yang menurutnya lucu atau tidak, menyampaikan kepada saya bahwa dia sedang merasa senang atau marah, yang menunjukkan perkembangan emosionalnya.

Tentu saja dia masih anak-anak biasa yang suka ngambek, marah, tantrum, dan “keras kepala” saat sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. Tapi semarah apapun dia, dia tidak pernah takut menunjukkan emosinya kepada saya, dapat mengidentifikasi apa yang dia rasakan, lalu saat sudah tenang dia akan menghampiri saya dan bilang bahwa dia sudah tidak marah. Dia bahkan sudah bisa meminta maaf tanpa saya minta. Saya pikir ini progress yang luar biasa. Lain kali saya akan tulis bagaimana saya membantu Reina mengenali berbagai macam emosi dan bagaimana menghadapinya.

Terakhir, yang juga kelihatan sangat khas adalah kemampuan dia untuk mulai bisa membicarakan masa depan dalam konteks sederhana. Contoh, selama masa liburan sekolah ini dia sudah bisa memberi tahu saya tentang rencana dan jadwal dia saat masuk sekolah nanti.πŸ˜‚ Contoh, dia bilang ke saya begini, “Mama, aku nonton setiap hari karena libur aja, nanti pas masuk sekolah aku gak nonton lagi. Aku mau belajar, les piano, les renang dan doing math activities sama Mama aja. Weekend baru aku nonton lagi”.πŸ˜‚ Saya tentu tertawa mendengar dia ngomong sepanjang dan selancar itu tentang rencana ke depannya. Ini berarti otak kirinya, yang berperan besar dalam urusan berpikir logis dan linear, sudah semakin berkembang. Ini juga menunjukkan kepribadiannya yang kelihatannya senang membuat rencananya sendiri dan sudah bisa mengambil keputusan-keputusan sederhana terkait dirinya.

Reina sungguh mengajarkan saya banyak hal, bukan saja tentang dirinya tapi juga tentang diri saya. Dia membuat saya sadar bahwa bahkan anak dan orang tua perlu berkenalan sambil pada saat yang sama berusaha mengenali diri masing-masing. Dan dalam usaha pengenalan dan perkenalan diri ini, kami harus selalu mencari cara untuk berkompromi, mencari jalan tengah, dan berkomunikasi. We always have to meet each other halfway.

πŸ™‚

Haura Emilia

3 July 2023

Tinggalkan komentar