Taking Things Slow

Marathon marathon
Life’s long so take it slow
42.195 (km)
The end is filled with a paradise of dreams
But the real world is
Different from what’s promised
We need to run, we need to step on it
If you shoot a flare
You don’t have a destination
There’s no sceneries at all
Until your breath comes up to your chin
You need to you need to

It’s alright to stop
There’s no need to run without even knowing the reason
It’s alright to not have a dream
If you have moments where you feel happiness for a while
It’s alright to stop
Now we don’t run without knowing the destination
It’s alright to not have a dream
All the breaths you breathe are already in paradise

Paradise – BTS

Di postingan terakhir saya, saya menulis tentang burnout yang saya alami. Pandemi, absennya sosialisasi dan koneksi, kuliah, peran menjadi ibu, dan urusan rumah tangga lainnya menjadi penyebabnya.

Bulan ini… Bulan ini berbeda. Saya merasa lebih baik. Pertama, saya merasa lebih baik karena kuliah diploma saya akhirnya selesai. Materinya sudah selesai walau saya masih harus ujian akhir bulan Desember nanti. Tapi paling tidak saya sudah tidak punya beban dan utang tugas kuliah. Beban yang cukup berat akhirnya lepas. Saya mulai bisa bernapas lagi. Setahun kuliah Diploma Montessori terasa lebih berat dari kuliah-kuliah saya sebelumnya. Berkali-kali saya ingin menyerah, ingin berhenti, ingin tidur dan menutup buku, ingin berhenti menulis esai. Tapi pada akhirnya saya (hampir) sampai juga di titik akhir. I’m glad I did it. Tidak mudah dan jauh dari sempurna, tapi saya akhirnya menyelesaikan tanggung jawab saya.

Saya sempat bertanya-tanya apakah harga yang harus saya bayar (kesehatan mental dan fisik) cukup berharga untuk ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan. Saat ini saya masih menolak mencari tahu jawabannya. Saya masih dalam tahap ingin menikmati apa yang baru saja saya lalui.

Saya melakukan banyak refleksi diri bulan ini, setelah akhirnya punya waktu ketika tidak ada lagi deadline tugas dan utang membaca. Melihat ke belakang, saya hidup seperti atlet sprint 100 meter. Saya selalu berusaha berlatih sekeras mungkin untuk bisa berlari secepat mungkin. Setiap hari dalam hidup, saya habiskan untuk belajar sesuatu yang baru, mengatur goal baru, memulai habit baru, mencapai hal baru, mengevaluasi yang sudah lewat demi melompat lebih tinggi lagi. Sampai akhirnya saya merasa mual dan lelah.

Saya akhirnya sadar bahwa saya berlari terlalu cepat, lebih cepat dari yang tubuh saya bisa handle. Terlalu sering saya memaksakan diri, entah untuk mendapatkan kepuasan pribadi atau mencari validasi dari orang-orang yang mungkin bahkan tidak peduli. Saya mengabaikan rasa sakit dan lelah, mengabaikan monster kecil bernama sepi dan anxiety, dan terus mengonsumsi sebanyak mungkin lebih dari apa yang tubuh saya bisa tampung. Lalu saya tenggelam dalam depresi yang tidak bisa saya jelaskan. Dan ketika akhirnya saya mengalami burnout, baru saat itulah saya sadar bahwa saya terlalu serius dalam segala hal dan tidak tahu caranya beristirahat sejenak.

Mamat bilang ke saya “You need to slow down, take things slow, Sayang. Santai aja.” Guess what, I hate when he is right.🙄 Lalu saya teringat lirik lagu BTS yang berjudul Paradise. Then epiphany hit me hard. Hidup adalah maraton, bukan lari sprint 100 meter. Tidak perlu selalu terburu-buru mengejar sesuatu. Bahkan, tidak perlu selalu menang. Yang kita perlukan adalah mencapai garis finish seberapa lambat pun itu. It’s okay to not have dreams sometimes. Kadang, bisa survive saja sudah merupakan keberhasilan. Fakta bahwa saya, dan mungkin juga kamu, masih hidup adalah sesuatu yang patut kita rayakan.

So yeah, I’m gonna take things slow right now. Saya melepaskan reading challenge saya di Goodreads dan fokus membaca saat saya mau dan bisa saja. No time limits. Saya ingin menikmati prosesnya, ketimbang terburu-buru ingin menyelesaikannya. Saya juga ingin menyelesaikan proyek tulisan panjang saya dengan perlahan, tidak menetapkan deadline dulu. Satu-satunya target adalah pada akhirnya proyek ini akan selesai juga.

Mungkin nanti, saat semua semangat saya sudah kembali dan saya mulai bergairah lagi, saya akan kembali dengan target dan goal baru. Saat ini saya hanya ingin merayakan hidup dan waktu yang saya punya. Saya tidak punya destinasi spesifik saat ini. Fakta saya masih bernapas adalah surga. Dan saya ingin menikmatinya.

Cheers,

Haura Emilia

September 2021